Sabtu, 09 Oktober 2010

Online Poker Tournament Strategy Tips: Dani "Ansky" Stern

Katharine McPhee - Say Goodbye

Sejarah Perjudian Jakarta

sampah masarakat jakarta

Perjudian! Memang ternyata perjudian masa kini merajalela, terutama judi
buntut. Judi buntut dewasa ini sesungguhnya hanya perpanjangan dari Malaysia
dan Singapura.

Maraknya perjudian buntut ini, dimanfaatkan oleh beberapa media massa cetak
dengan memberikan ramalan nomor yang akan keluar, agar tirasnya meningkat.
Judi-buntut ini ternyata bukan hanya di Jakarta saja, namun sudah
berlangsung di banyak wilayah lain seperti Medan, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Jawa Barat,

mungkin juga sudah di Indonesia bagian Timur seperti Kalimantan.
Itu semua adalah kelanjutan perkembangan judi yang diawali di Jakarta.

Bagaimana Jakarta sebagai Ibu Kota R.I.?
Marilah kita menyimak riwayat perjudian di Jakarta sekitar akhir 1960 hingga
sekarang.

Setelah penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda kepada pemerintah kita
di ahkir tahun 1950, mulai nampak kegiatan perjudian di Jakarta.
Hal ini bermula dari pesta-pesta yang dilakukan masyarakat dan jenis judinya
adalah dadu sintir, dadu koplok, main domino, gaple, cemek dan dikalangan
keturunan Tionghoa: mahyong, paykiu dan kartu ceki.
Jenis perjudian tsb. berlangsung hampir pada setiap ada hajatan di
kampung-kampung. Para lurahpun biasanya ikut main! Ini sudah dianggap biasa,
malahan mungkin sudah tertradisi.

Kemudian berkembang dilihat dari sudut jenis permainan judi. Hampir segala
permainan judi “modern” mulai ada yang mengambil inisiatif. Mulailah
diadakan judi gelap yang mencakup jenis rulet, bakarat, blackjack, keno,
dadu; ditambah lagi dengan mesin jackpot. Baru pada jaman ORBA ditambah lagi
dengan mesin micky mouse hingga sekarang.

Siapa yang mengawali penyelenggaraan judi modern di Jakarta???
Perjudian yang bersifat modern di Jakarta, diawali oleh kelompok-kelompok
judi di beberapa wilayah Jakarta.
Mereka terdiri dari beberapa kelompok yang dibedakan satu dengan lainnya
berdasarkan wilayah kegiatannya.
Ada tiga kelompok yang menonjol disekitar tahun 60-an yang merupakan benih
pengembangan perjudian sampai ke tingkat kasino modern.
Sebelum penulis membentangkan semua nama-nama tokoh kelompok , sedikit
menyingung soal “kelompok  SENEN”. Kelompok ini terdiri dari tokoh-tokoh
dunia perjudian yang bermukim di sekitar wilayah Pasar Senen seperti Tanah
Tinggi, sekitar bioskop Rialto (sekarang jadi tempat wayang orang), Bungur
Besar dll.

Yang menonjol ketika itu adalah KENG TO, MEHE, TJENG KIN, kemudian yang lebih muda : ONG, U-U, SEK KWIE (Setan Kecil) yang jika bicara gagap, dengan para asisten mereka yang memang dibesarkan dikalangan “kang ouw” Senen.
Perjudian segala jaman, selalu ada dedengkot yang merupakan God Father-nya.
Nah, ditahun 1960-an dan seterusnya yang menjadi  “pelindung” adalah Kapten
Iman Syafiie, yang sangat terkenal dengan panggilan “Pak PI-IE”.  Pak Pi-ie
ini pernah menjadi menteri dalam kabinet terakhir Bung Karno dalam rangka
“kabinet 100 menteri”.

Penulis masih ingat benar, bahwa setiap ahhir bulan, ada daftar nama-nama
yang selalu diberi bantuan uang kontan. Para pejoang 45 dan para
jandanyapun, diberi bantuan, termasuk jika ada yang sakit atau melahirkan
bayi! Besar kecilnya bantuan, tergantung dari pangkat dan jasa orang yang
bersangkutan.

Ada organisasi yang tidak tertulis, termasuk orang yang bertugas “bidang
kesejahteraan” tsb.! Biasanya pembagian (atau pengambilan uang kontan tsb)
dilakukan di “warung engko ANYI”  di Senen yang letaknya berhadapan dengan
jalan trem dan disebrang sebelah kiri bioskop Rialto.

Terjadilah kasino modern di Jakarta
Dua kelompok lainnya adalah “Kelompok Pasar Baru” dan “Kelompok Kota”.
Tokoh yang paling menonjol dari kelompok Pasar Baru adalah FUK SEN yang
bertempattingal di jalan Kartini, Jakarta Pusat.

Sedangkan dedengkot “kelompok Kota” adalah dua APIANG: APIANG dan APIANG JINGGO di Mangga Besar.

Pada tahun-tahun itu, penyelenggaraan judi masih “gelap”, karena memang
tidak ada ijin resmi dari Pemerintah. Pelaksanaan kasino gelap dengan jenis
permainan, terutama rulet, diselenggarakan di Batu Ceper/Batutulis, Jakarta
Pusat. Ketika itu yang menjadi “pelindung” adalah Kolonel AHMADI, yang juga merupakan tokoh Angkatan 45..

Juga judi gelap semacam itu, dilaksanakan di bilangan Senen/Tanah Tinggi.

Kemudian terjadi dialog-dialog antara Kol. Ahmadi dengan ALI SADIKIN sebagai Gubernur DKI JAYA. Dialog juga diadakan dengan tokoh-tokoh judi tsb. di atas. Kemudian diambil kesepakatan untuk ditenderkan, siapa yang berani

membayar terbesar kepada Pemerintah DKI Jaya, dia yang menang. Dan jumlahnya diadakan secara progresif, artinya setiap berapa bulan, harus meningkat.
Ternyata yang menang adalah APIANG. Dan dalam pelaksanaannya Apiang
bekerjasama dengan FUK SEN. Baru belakangan ONG SENEN juga membuka kasinonya di Mangga Besar dengan tempat yang ketika itu terkenal sebagai Happy World.
Ada gossip ketika itu, bahwa Apiang nekad membayar dengan check mundur yang sebenarnya check kosong. Samapai dimana kebenarannya, tiada yang tahu.  Yang tahupun biasanya hanya mesem-mesem saja! Namun semuanya, pada saatnya, Apiang dapat memenuhi jumlah uang yang tertera di check tsb.

Apiang menyelenggarakan dua kasino, di jalan Hayam Wuruk (terkenal dengan
sebutan Kasino PIX dan Copacabana di Ancol..
Dalam kelanjutan usaha mereka, Apiang dkk. lebih banyak berhasil daripada
Ong. Penyebabnya adalah karena Ong tidak mempergunakan uangnya dengan
manajemen yang baik; sedangkan Apiang berhasil mempergunakan uangnya secara modern dan membuka sebuah bank.

Ketiga kasino tsb. ahkirnya ditutup, karena tumbuh berkembang ekses yang
berbentuk banyaknya para pejabat/petinggi (baik sipil maupun ABRI) yang
kecanduan berjudi di ketiga kasino tsb.

Ada suatu usaha untuk membuka kembali kasino yang akan diselenggarakan di
kapal laut di perairan Jakarta.  Ketika itu, gagasan tsb. sudah disetujui
oleh Gubernur DKI Jaya, menteri Dalam Negeri dan Menko POLKAM, juga didukung oleh dunia intelijen Indonesia ketika itu, namun ditolak oleh presiden
Soeharto!

Di Jakarta inipun, ketika tahun-tahun tsb., pemerintah mengeluarkan ijin
lotere bulanan yang disebut NALO, kemudian jadi mingguan dengan pelaksananya yang berjulukan ROBBY KETEK. Selain itu Jakarta juga dilanda judi HWA HWEE dengan tokoh utamanya CIA KUN dan SEK KWIE, kemudian juga Ong yang membuka Hwa we di Sukabumi.

Sedangkan setiap ada “Pasar Malam” di Monas (bahkan sampai di Semarang dan
Cirebon, Sukabumi dan Bogor), biasanya yang menjadi pachternya ( yang
mendapat ijinnya) adalah yang bernama Cao Po (dedengkot judi dari Semarang,
juga punya bank), Ong Senen, U-U atau SEK KWIE.
Jenis judi di pasar malam, biasanya dengan hadiah-hadiah barang. Juga ada
judi yang pelaksanaannya sambil bernyanyi….

Dewasa ini Jakarta tetap mengadakan judi, sekalipun masih pindah-pindah dan
gelap, tanpa ada ijin resmi dari pemerintah! Tokoh-tokoh lama, kebanyakan
telah meninggal dunia, muncullah tokoh-tokoh baru! Masyarakatpun sudah
mengetahuinya siapa mereka!
Perjudian bola juga merambah kemana-mana, sampai ada situs khusus di
Internet yang mengelola tarohan bola.

Mengapa manusia kecanduan berjudi???
Mungkin sekali dari sejak muncul manusia di planit ini, perjudian memang
sudah digemari; hanya bentuknya saja yang berbeda,
Apakah memang seperti adanya WTS alias PSK, judipun tidak bisa hilang???
Berdasarkan pengalaman sebagai insider (orang dalam pada awal perjudian di
Jakarta) dan pengamatan penulis , ahkirnya penulis mendapat kesimpulan bahwa
orang sampai kecanduan judi, bukan karena kalah atau menangnya, tetapi
karena KEASYIKAN BERJUDI .

Oleh karena itulah para bandar judi sangat jarang kalah uang, karena
keasyikan para penjudi sehingga terjadilah:” kalau menang, tidak mau
berhenti; kalau kalah tambah panas dan kalau menang hari ini, besok kembali
lagi!”

KELUARAN TOGEL

Blogroll